Sepi. Hal pertama yang menusuk jantung ketika membuka mata. Memeluk diri ini sangat erat. Hari cerah tidak berpengaruh apa-apa pada hati. Teruslah bernafas dan hidup seadanya, hanya itu motivasi yang ada. Mengapa dunia terasa licik padaku? Padahal dia mendengar air mataku. Seperti ada batu besar pada pundak. Tangan dan kaki dirantai, kuncinya ia lempar pada setumpuk jerami. Saudari nan jauh menghubungi, kukira berniat menyambung tali, namun oh sungguh ternyata kepentingan pribadi adalah satu dan hanya satu yang menjadi tujuan. Mata pada zaman ini, semakin terbuka maka semakin gelap terasa nyata. Masam. Muram. Betapa luar biasanya hidup ini. Tanganku hampir patah, sudah berdarah. Aku menyerah.
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali