Yang terhormat, luka. Wahai kau yang bersemayam di saku celana, aku atas nama pribadi mengucapkan terima kasih setulus yang pernah ada. Terima kasih telah menamparku tepat didalam hatiku, sehingga aku bertekad menjadi taat, kembali. Sekarang aku sudah lebih waras. Aku sudah bukan jalang dengan pedang menusuk ubun-ubun, aku wanita dengan diam sebagai perlindungan. Terima kasih hai kau yang menganga, aku tutup kau dengan tangan berdarah-darah, sudah.. sudah.. Aku terlalu berharga untuk kehadiranmu, silakan pergi atau tetap bersemayam. Namun hatiku bukan persemayaman, hatiku hidup justru untuk hal-hal menakjubkan yang kau bawa. Tidakkah itu membingungkan? Aku mengambil bunga yang indah dari peliknya penderitaan. Itulah, mengapa aku sangat menawan. Aku bukan bangkai yang menyisakan bau busuk, aku tidak berkarat. Kepada engkau, wahai luka melarat, aku sudah tidak terjerat, hanya do’a dan harap yang membumbung terpanjat. Semoga kau lekas tamat, tepat, sesaat setelah kau buat aku s...
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali