Untuk sepasang teduh yang memandang mungkin tak begitu jemu. Aku perempuan yang mengadu pundakku dengan jahatnya keduniaan. Jika memang harus seperti ini, tiadalah yang bisa kuucap selain berserah. Pesanmu akan selalu tumbuh. Terima kasih telah memandangku dengan birunya diriku. Terima kasih sudah tidak menertawakan aku dan pilihan hidupku. Bait pertama dan kedua dari puisi ini adalah aku dan pesanku. Kau ada dalam bait terakhir, yang kutulis ketika kau ada dalam benakku sebagai imagery , mengucapkan kata " i'm tired" dalam dialek bahasa. Biarlah apa yang terjadi, terjadilah. Yang senyap, yang tak berani kusebut namanya. Fii Amanillah..
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali