Mensyukuri Ketidaknyamanan
Serta mulia hai orang-orang yang berbahagia, atau pura-pura bahagia? Sedikit menggunakan hati itu pertanda kau pelan-pelan mati ke-tujuh kalinya. Bertumbuh dalam ruang lingkup yang sakit hanya menyuburkan ketakutan dan kebohongan. Tidak mampu membedakan antara kelopak dan tangkai, lentera dan arang, madu dan racun. Tertunduk bersama semua kebohongan, mereka mengumpat dengan kepala belakang mereka. Senyum kebanggaan yang palsu pada kening mereka. Hati dan jiwa-jiwa yang keras, membuai santun tak berdaya, melumpuhkan krama atas nama tanggung jawab dan pencaharian. Bertumbuh dalam ruang seperti ini, tidak akan melahirkan renjana dan asa. Terbanglah semua keburukan, melayang-layang dari mulut mereka, menganga.
Hanya satu yang kupinta Ya Illahi Rabbi, selamatkanlah aku. Pandangan dan pemikiranku terbatas. Sedangkan ilmu Allah sangatlah luas. Jika mengandalkan diri, sungguh aku akan tersesat. Sedang dalam ketidaknyamanan ini, dalam tumbuh yang penuh rapuh dan hal lain yang begitu gila, aku bersimpuh dengan sisa asa dan pengharapan. Ya Allah Yang Maha Perkasa.. telah kau ajarkan aku bagaimana takjub akan hikmah. Telah kau antarkan aku pada titik kewarasan yang seharusnya sudah lama kuregup. Melepas semua amarah dan bersabar adalah pemberianmu yang begitu mulia. Sulit dijangkau oleh diri yang masih mudah disulut api, terlebih pada mulutnya. Terima kasih. Ketidaknyamanan ini sedang aku syukuri. Berlimpahlah hatiku akan cinta kasih dari Yang Maha Perkasa, semoga, dan semoga.
Komentar