Langsung ke konten utama

Catatan 49

Mensyukuri Ketidaknyamanan


Serta mulia hai orang-orang yang berbahagia, atau pura-pura bahagia? Sedikit menggunakan hati itu pertanda kau pelan-pelan mati ke-tujuh kalinya. Bertumbuh dalam ruang lingkup yang sakit hanya menyuburkan ketakutan dan kebohongan. Tidak mampu membedakan antara kelopak dan tangkai, lentera dan arang, madu dan racun. Tertunduk bersama semua kebohongan, mereka mengumpat dengan kepala belakang mereka. Senyum kebanggaan yang palsu pada kening mereka. Hati dan jiwa-jiwa yang keras, membuai santun tak berdaya, melumpuhkan krama atas nama tanggung jawab dan pencaharian. Bertumbuh dalam ruang seperti ini, tidak akan melahirkan renjana dan asa. Terbanglah semua keburukan, melayang-layang dari mulut mereka, menganga.

Hanya satu yang kupinta Ya Illahi Rabbi, selamatkanlah aku. Pandangan dan pemikiranku terbatas. Sedangkan ilmu Allah sangatlah luas. Jika mengandalkan diri, sungguh aku akan tersesat. Sedang dalam ketidaknyamanan ini, dalam tumbuh yang penuh rapuh dan hal lain yang begitu gila, aku bersimpuh dengan sisa asa dan pengharapan. Ya Allah Yang Maha Perkasa.. telah kau ajarkan aku bagaimana takjub akan hikmah. Telah kau antarkan aku pada titik kewarasan yang seharusnya sudah lama kuregup. Melepas semua amarah dan bersabar adalah pemberianmu yang begitu mulia. Sulit dijangkau oleh diri yang masih mudah disulut api, terlebih pada mulutnya. Terima kasih. Ketidaknyamanan ini sedang aku syukuri. Berlimpahlah hatiku akan cinta kasih dari Yang Maha Perkasa, semoga, dan semoga.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lotšŸ¤