Bolehkah aku simpan mata air dari tangisanmu di kemaraunya hati? Aku kering dan tak tahu bagaimana menegakkan punggung. Pada awal perjalanan, ketika semua perubahan di lakukan besar-besaran, ketika hidup rasanya bermula kembali dari awal, tak henti menyerukan rindu pada Dia, pemilik semesta. Percayalah, yang tersulit adalah bagian setelahnya. Setelah itu, sebagai bentuk cinta yang tak henti mengeluh di muka bumi, aku begitu letih membedakan mana yang baik, mana yang menuai layu dan pantas dihempas, aku kesana kemari dicekam cerita. Aku adalah bentuk cinta Tuhan kepada diriku, namun lalai menyadarinya, tidak mengerti bagaimana istiqamah pada jalan yang penuh cahaya. Aku ingin berteduh dari khalwat, ghadul bhasar, terlebih ikhtilat. Ya Illahi Rabbi, bolehkah aku menetap dibalik pejaman mata kedamaian dalam semilir wangi ketaatan juga dzikir terhadap Engkau? DuniaMu pada masa ini adalah memabukan, hampir saja aku tidak bisa membedakan hak...
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali