Langsung ke konten utama

Catatan 62 Wanita mabuk pada 3 hal ini

     Bolehkah aku simpan mata air dari tangisanmu di kemaraunya hati? Aku kering dan tak tahu bagaimana menegakkan punggung. Pada awal perjalanan, ketika semua perubahan di lakukan besar-besaran, ketika hidup rasanya bermula kembali dari awal, tak henti menyerukan rindu pada Dia, pemilik semesta. Percayalah, yang tersulit adalah bagian setelahnya. Setelah itu, sebagai bentuk cinta yang tak henti mengeluh di muka bumi, aku begitu letih membedakan mana yang baik, mana yang menuai layu dan pantas dihempas, aku kesana kemari dicekam cerita. Aku adalah bentuk cinta Tuhan kepada diriku, namun lalai menyadarinya, tidak mengerti bagaimana istiqamah pada jalan yang penuh cahaya. 
     Aku ingin berteduh dari khalwat, ghadul bhasar, terlebih ikhtilat. Ya Illahi Rabbi, bolehkah aku menetap dibalik pejaman mata kedamaian dalam semilir wangi ketaatan juga dzikir terhadap Engkau? DuniaMu pada masa ini adalah memabukan, hampir saja aku tidak bisa membedakan hakikat. Aku bersembunyi dibalik bohongnya kenyataan. Aku perempuan lemah, yang berada jauh dari rumah, jiwaku sekuntum bunga, dihempas dan didera, aku mungkin saja menginginkan sedikit tangan manusia untuk memudahkanku. Namun, selamatkan aku Ya Rabbi, hanya kepada Engkau aku berharap. Sebagai cinta, aku memahami akhir cerita ini Wahai pemilik semesta, jangan kau buat apa yang hina seolah indah pada pandangan. Sadarkan aku akan hakikat. Sadarkan aku akan sesungguhnya cinta dan bentuk cinta. 
     Kepada engkau dan aku, sudah saatnya, sudah saatnya, mari perbaiki satu persatu. Kita harus membawa pulang cinta dengan cinta. Sadarlah diri, kemana akan pulang, untuk apa kita menetap, mari bereskan semua ini satu persatu. Jangan pernah berhenti, berlindung dari 3 perkara yang begitu sulit dilakukan pada masa ini. Tumbuh dan terus mendekat. Semoga selalu damai dalam semilir dzikir, kau jiwa-jiwa yang didera. 
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍