Langsung ke konten utama

Ya Allah yang maha kasih, tentang keindahan yang akan aku dapat ketika pertama kali aku meng-iyakan kehidupan, izinkanlah diriku meregupnya, menyaksikannya, dalam susah dan senang, dalam liku dan lapang, dalam suka dan duka. Bawalah diriku ini pada arus yang membawaku kesana, pada hal-hal yang Engkau janjikan, pada Engkau Ya Rabb. Sampai pada saat Engkau memberikan aku kesempatan untuk menghuni duniaMu yang fana, aku yakin sepenuh hatiku bahwa Engkau melahirkanku dengan penuh cinta kasih dan sayang. Tingkatan cinta yang paling tinggi adalah Engkau dan cintaMu, tiada siapapun menyangsi hal itu. Maka Illahi, ridhoilah aku, izinkanlah aku. Ya Allah… tidakkah pantas bagiku mendebat apa yang ada dalam takdir sementara itulah yang harus aku imani, aku kecil, kerdil, dan tidak berdaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lotšŸ¤