Langsung ke konten utama

Masih cerita

  From April 2017


  Pagi berganti siang, kemudian malam datang, lalu aku kembali lagi ke waktu pagi, selalu begitu dan aku masih dengan ketidakjelasan ku juga masih tetap tidak berdaya, aku tetap diam hanya demi mereka yang tercinta, namun yang tercinta seakan tidak mencinta. Aku percaya Tuhan mendengar semua doaku, aku hanya perlu sabar untuk menunggu waktu dimana doaku dikabulkan. Jika orang-orang tidak peduli pada hati dan masalahku itu tidak menjadi masalah yang berarti. Terima kasih telah mengajarkan ku cara bersikap, benar atau salah di hadapan Tuhan bukan hanya aku yang bertanggung jawab. Tuhan akan menunjukan keadilan-Nya pada kalian semua. 
  Sebuah syair dalam buku karangan DR. 'Aidh al-Qarni berbunyi "Aku sembunyi dari zaman dibawah bayangan sayapnya, kedua mataku melihatnya tapi dia tidak meihatku. Jika kau tanyakan pada hari2 tentang diriku, dia tidak tau dimana tempatku, dan kau juga tidak tahu dimana tempatku." Mewakili situasi hati saat ini. Syair yang lain berkata "Pasti, malam akan tersibakkan dan simpul itu akan terurai. Yang takut menaiki gunung selamanya akan hidup dalam kubangan." Seperti ada yang membisikan motivasi saat aku membacanya. 
  Aku menata sayapku satu persatu, seandainya ada jarum emas aku akan merajutnya dan segera pergi. Lengah adalah masalah, terlena juga sangat tidak baik. Dalam hati dan jiwa ini ada yang pergi, seperti tergerus, pelan-pelan menghilang namun tidak akan kubiarkan. Hidup tanpa itu aku pasti gila. Do'akan usahaku berhasil dan aku akan segera terbang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍