Langsung ke konten utama

Catatan


  Hidup seadanya dengan hidup tanpa tujuan,apakah beda? Mencoba untuk tidak terlena dan lupa dengan apa yang sudah terjadi. Berusaha untuk menempatkan diri pada posisi yang sangat menenangkan, menempatkan damai dalam jiwa. Berusaha untuk membangun segalanya. Perlahan lahan namun hancur lagi dan lagi. Dan kau, dimana kau menempatkan hati dan pikiranmu? Ditempat sampah itu? Ditempat yang kurang ajar itu? Kau sempurna karena akal dan anugrah itu. Kumpulkan bagian demi bagian, jangan dengarkan bisikan terkutuk. Aku tau ruang itu dimiliki setiap orang. Kau dan ceritamu yang akan melukisnya.
  Karena apa itu sakit? Semua orang berada di antara sedih dan bahagia, susah dan senang, benar dan salah, dan apakah serumit diriku? Bukankah memang begitu siklus kehidupan? Semua terus berputar, silih berganti. Tidak akan ada yang dibodohi takdir. Tidak pernah kudengar Tuhan menciptakan manusia untuk dibodohi atau membodohi. Sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Senyum yang paling indah itu adalah senyuman ditengah rasa sesak yang menimpa hati. Canda tawa ditengah kesulitan yang membelit adalah sesuatu paling tulus. Sambil menarik nafas panjang ingin rasanya aku katakan sejagat raya bahwa aku baik-baik saja ditengah air mata yang menjadi kubangan dalam rumahku saat ini. Karena apa itu sakit? Segenap rasa dan pikiran tercurahkan untuk itu, sesungguhnya itu membunuh diri sendiri. Menikmatinya adalah salah satu cara untuk menenangkan diri tapi jangan terlena didalamnya. Karena orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan rasa sakit dalam hidupnya, mengubahnya menjadi motivasi sehingga muncul tekad dan pribadi yang tangguh. Bagaimana caramu memperlakukan rasa sakit?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍