Langsung ke konten utama

Catatan8

  Jadi kau ingin bahagia? Silahkan ubah pandangan terhadap beragam hal yang ada disekitar. Berhenti berpikir detail tentang kesedihan dan kegagalan, berhenti berpikir tentang seberapa kesepian diri ini, berhenti membiarkan mindset liar berlari terus menerus sepanjang hari dalam otak. Aku duduk terdiam di pagi hari menghadap jendela basah karena hujan yang tak henti, kubayangkan saat itu dia yang sedang terburu-buru menjemput ilmu, kubayangkan betapa tergesa-gesa karena hari memang sudah siang, kubayangkan dia berada diantara teman-teman 'jenius', interaksi seru dalam aktivitas yang tidak monoton. Untuk sejenak kubandingkan dengan diriku, sungguh bak langit dan bumi. Kulihat abu-abu diatasku, terus menangis seperti mengerti perasaanku. Kutatap baik-baik apa yang bisa aku tatap. Lalu kubayangkan diriku saat itu. Pagi ini aku bangun, memakai baju, aku bernafas, aku punya sarapanku, aku menikmati suguhan pagi hari Sang Pencipta,aku duduk dalam naungan yang melindungiku, betapa diberkahinya aku. Sungguh nikmat Tuhan yang tak terbatas. Cerdas bagiku bukan hanya tentang angka rumit yang berhasil dia pecahkan atau tentang seberapa banyak teori yang berhasil dia buat tapi bagaimana kau menciptakan suasana baik dalam hatimu walaupun kau sedang dalam situasi sulit nan melilit. Cintai apa yang bisa dicintai. Ketulusan itu bukan hanya sekedar memberi tapi juga menerima, apapun dan sekecil apapun. Terima saja lalu kau akan bahagia. Bahagia itu kau terima, jadi berhentilah mencari bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍