Langsung ke konten utama

Catatan19

  Turut berduka cita untuk masa lalu yang sedang menangis, ingin terus mengikuti jejak kaki katanya. Kenyataannya, aku sudah tidak bersembunyi lagi, sudah tidak bernaung lagi dalam puing masa lalu yang sangat menyusahkan. Sudah lebih pandai bukan? Jatuh bangun aku meninggalkan semuanya, berlari dari masa dimana aku dongkol karena nasib. Masa dimana aku buta tentang penghargaan dan cara menghargai, hormat dan menghormati, cinta kasih dan mengasihi setulus hati. Sekuat hati aku keluar dari masa dimana aku tidak memiliki identitas, kesana kemari bersemayam dalam jati diri orang lain berharap dihargai dengan cara yang sama. Seperti tak waras menginjak bara demi keluar dari api, menangis aku memungut keberanian. Mengorbankan harga diri demi mendapat seorang teman, pada akhirnya aku tidak tahu pernah dianggap teman. Aku sangat berduka untuk itu. Maaf masa laluku, aku tidak bisa membawamu lagi. Maaf kau kehilangan aku dan maaf kau tidak tahu bagaimana aku bangkit seperti sinar bulan pada malam hari dengan beban untuk memaafkan dipundakku. Tuhanku lebih kuasa untuk menerangi hatiku. Sekarang aku merasa beruntung, aku belajar bagaimana cara memegang lidahku. Aku belajar untuk hidup seadanya, tidak dibawah tekanan apapun. Aku berdamai dengan rasa sakit yang ganas dan sudah melewati sulitnya memaafkan. Aku menerima diriku sendiri setulus hati demi Tuhanku. Kenyataannya, aku wanita gila, aku wanita super, aku wanita cantik. Aku menyayangi diriku sebagai salah satu bentuk ketaatan pada Dzat yang memberiku kehidupan. Maaf kau tidak tahu itu dan menganggapku membencimu. Akan aku bisikan dalam doaku, semoga Tuhan membuatmu mengerti. Silahkan tinggal dengan damai, tapi tidak denganku, tidak pada masaku, dan tidak pada hidupku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍