Ada riuh di kepala, katanya aku banyak memberi tuba untukmu dalam puisiku. Bukan, itu ungkapan kesedihan. Melihat kau yang kesana kemari tak beraturan, hatiku tak beraturan jadinya. Semua rasa dalam puisiku adalah aku. Ampun seribu ampun, sujud aku di kakimu, harus.
Pikiranku terlempar kembali pada masa kau menepuk pundak dan berkata "semoga besar sabarmu". Aku, bukanlah wanita yang kau tancapkan pedang. Aku, hanya dipaksa tangguh. Semoga paksaan lambat laun menjelma menjadi keikhlasan.
Pada hati yang membara, setetes air mata jatuh memadamkannya. Hanya satu, kebaikanmu seperti tertutup gunung dimataku. Akupun berharap memeluk gunung. Padahal kau memegang tanganku, selalu. Peluh, lusuh, tak kau pedulikan. Malu, tak melulu kau hiraukan. Perjuangan yang paling murni adalah kau. Kurangmu banyak, kau menyakiti sangat banyak, namun tak apa. Sungguh sudah tak apa.
Berharap aku memiliki sayap lebih kuat, ku bawa kau terbang ke hatiku. Jangan lihat hitamnya, akankah kau mengerti seberapa dalam aku mengasihi? Lebih dari itu, pengorbananmu tak ada tandingnya. Singkap awan hitam, tak perlu digenggam.
Pada asa yang meninggi, kau ada didalamnya. Puisiku yang haru mengenang dirimu selamanya. Redup lentera dihatimu, sembunyi kau dalam senyuman. Yang Maha kuasa mengerti kesulitanmu. Betapalah hati ini rusak melihat kau merangkak, semoga tanganku membantumu berpijak, lebih bijak. Kau dan aku. Ibu, kehidupan.
Pikiranku terlempar kembali pada masa kau menepuk pundak dan berkata "semoga besar sabarmu". Aku, bukanlah wanita yang kau tancapkan pedang. Aku, hanya dipaksa tangguh. Semoga paksaan lambat laun menjelma menjadi keikhlasan.
Pada hati yang membara, setetes air mata jatuh memadamkannya. Hanya satu, kebaikanmu seperti tertutup gunung dimataku. Akupun berharap memeluk gunung. Padahal kau memegang tanganku, selalu. Peluh, lusuh, tak kau pedulikan. Malu, tak melulu kau hiraukan. Perjuangan yang paling murni adalah kau. Kurangmu banyak, kau menyakiti sangat banyak, namun tak apa. Sungguh sudah tak apa.
Berharap aku memiliki sayap lebih kuat, ku bawa kau terbang ke hatiku. Jangan lihat hitamnya, akankah kau mengerti seberapa dalam aku mengasihi? Lebih dari itu, pengorbananmu tak ada tandingnya. Singkap awan hitam, tak perlu digenggam.
Pada asa yang meninggi, kau ada didalamnya. Puisiku yang haru mengenang dirimu selamanya. Redup lentera dihatimu, sembunyi kau dalam senyuman. Yang Maha kuasa mengerti kesulitanmu. Betapalah hati ini rusak melihat kau merangkak, semoga tanganku membantumu berpijak, lebih bijak. Kau dan aku. Ibu, kehidupan.
Komentar