Langsung ke konten utama

Catatan 24 (Dear broken heart)

  Memindai benang yang tak terlihat, sia-sia tangan tertusuk. Kemarin, hari ini, dan seterusnya kau sengaja mengecat mawar menjadi hitam. Walaupun hujan melunturkan hitam, tetap gelap tak kau singkap. Semua itu mudah ketika hatimu rela. Tidak akan kau tertawa bersama duka, tidak akan aku melihat tinta hitam di wajahmu. Tentang hati yang patah, bukan milikmu saja yang patah, rusak, hancur tak bersisa. Semua hati kehilangan bentuknya. Dengan hatimu yang belum bisa memutuskan tali masa lalu, kau akan tercabik-cabik. Itu menggonggong kedamaianmu. Aku mohon, lepaskan! Kekangnya masih pada hatimu. Biarkan masa lalu pergi bersama air mata yang sudah mengering. Buang saja kain itu, benangnya sangat kusut, tak beraturan. Mengapa kau memelihara anjing di hatimu?
  Aku tidak pergi meninggalkan kain di dapurmu. Aku hanya singgah sebentar disini, menjauh dari tusuk-tusuk jarum. Aku tidak bermaksud menyembuhkan luka di badanku, aku hanya tak sanggup mengucapkan luka di depan wajahmu. Aku selalu mencintaimu, apapun dan bagaimanapun. Aku tidak sanggup lagi melihat kau membodohi diri dengan berpura-pura lupa. Seharusnya kau kirim aku benang baru, yang lebih panjang dan indah. Aku buatkan kain dengan banyak bunga dan warna, tak ada gelap lagi, kau bisa melihat bagaimana indah cintaku untukmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍