Memindai benang yang tak terlihat, sia-sia tangan tertusuk. Kemarin, hari ini, dan seterusnya kau sengaja mengecat mawar menjadi hitam. Walaupun hujan melunturkan hitam, tetap gelap tak kau singkap. Semua itu mudah ketika hatimu rela. Tidak akan kau tertawa bersama duka, tidak akan aku melihat tinta hitam di wajahmu. Tentang hati yang patah, bukan milikmu saja yang patah, rusak, hancur tak bersisa. Semua hati kehilangan bentuknya. Dengan hatimu yang belum bisa memutuskan tali masa lalu, kau akan tercabik-cabik. Itu menggonggong kedamaianmu. Aku mohon, lepaskan! Kekangnya masih pada hatimu. Biarkan masa lalu pergi bersama air mata yang sudah mengering. Buang saja kain itu, benangnya sangat kusut, tak beraturan. Mengapa kau memelihara anjing di hatimu?
Aku tidak pergi meninggalkan kain di dapurmu. Aku hanya singgah sebentar disini, menjauh dari tusuk-tusuk jarum. Aku tidak bermaksud menyembuhkan luka di badanku, aku hanya tak sanggup mengucapkan luka di depan wajahmu. Aku selalu mencintaimu, apapun dan bagaimanapun. Aku tidak sanggup lagi melihat kau membodohi diri dengan berpura-pura lupa. Seharusnya kau kirim aku benang baru, yang lebih panjang dan indah. Aku buatkan kain dengan banyak bunga dan warna, tak ada gelap lagi, kau bisa melihat bagaimana indah cintaku untukmu.
Aku tidak pergi meninggalkan kain di dapurmu. Aku hanya singgah sebentar disini, menjauh dari tusuk-tusuk jarum. Aku tidak bermaksud menyembuhkan luka di badanku, aku hanya tak sanggup mengucapkan luka di depan wajahmu. Aku selalu mencintaimu, apapun dan bagaimanapun. Aku tidak sanggup lagi melihat kau membodohi diri dengan berpura-pura lupa. Seharusnya kau kirim aku benang baru, yang lebih panjang dan indah. Aku buatkan kain dengan banyak bunga dan warna, tak ada gelap lagi, kau bisa melihat bagaimana indah cintaku untukmu.
Komentar