Hi mama sayangku cinta kasihku.. karena sudah kelahi bersama sulit dan memekik, karena leher hampir terjerat dicekik, aku bersama ketulusan mengucapkan terima kasih telah menjadi pembelaku. Aku dipeluk dina, saat kamu bilang cahaya. Aku dimainkan fana, saat kamu meninggalkan hina, duka lara. Itu dia disana, aku yang duduk kau tusuk pedang, aku diam, aku terima. Lidahku ini bisa lebih tajam dari pedangmu. Aku tidak ingin kamu terluka. Itu dia, yang sangat lapang menerima setiap warna dirimu. Itu dia, hatiku untukmu. Aku katakan waktu itu pergilah kesana, lihat seberapa besar cintaku. Lihat kita saat ini ada pada puncaknya, ternyata cintamu tumbuh jauh lebih besar. Terima kasih.
Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Komentar