Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Catatan 36 Cerita Belantara

  Aku, debu yang goyah oleh dunia. Malam ini aku pergi ke dasar hati, menyelami apa yang membuatnya tidak bisa bekerja sama dengan pikiran di kepala. Mata terus terbuka, larut di keheningan malam. Tentang ilmu dan adab. Sungguh membuat kepala bercabang-cabang. Mari bicarakan rahasia ini. Biar saja, semoga mata mereka melebar, semoga telinga mereka memanjang. Namun pahala tetaplah bersama orang yang diberkahi.  Pada suatu masa, hiduplah seorang perintih, peminta, dan tukang mengeluh ditengah indahnya dunia. Memikul  beban di pundak, hampir patah. Datang pada suatu tempat yang diberkahi sampai ia menjadi bagian dari tempat itu. Walaupun tidak memiliki harta, dia adalah pujangga. Walaupun tidak ada apa-apa bersamanya, sesungguhnya bekal di kepala dan hatinya cukup untuk membesarkan lapang dan merendah di hadapan Yang Maha Memberi. Sampai pada suatu hari dia menyadari bahwa dia hidup di antara kuda liar, ular berbisa, dan tanaman berduri. Bila ia mengambil gerakan yang salah,...

Catatan 35 Diselamatkan Cahaya

Seperti apa cinta ini kepada makhluk, sebesar-besarnya cinta itu, bahkan kepada Ibu dan Bapak, tetap tidak akan menghilangkan kehilangan, tidak akan menangguhkan kepedihan karena kehilangan. Semua cinta di dunia akan pergi, tak ada yang abadi. Layaknya langit akan runtuh saat aku dengar kabar duka di hari itu, siapa peduli? Tidak ada, kehidupan tetap berjalan sehidup-hidupnya.  Tidak ada cinta yang abadi selain kasih sayang Sang Pemilik Cinta. Sedalam-dalamnya aku mencinta, hidup tidak akan memberi kesempatan untuk abadi dalam bahtera. Segala hal di dunia yang penuh duka ini tidak akan abadi dalam bahtera. Apa lagi yang aku kejar? Keabadian bukan ketepatan yang paling hak di dunia ini. Tak ada yang abadi. Beruntungnya aku, diselamatkan cahaya. Aku sampai disini, pada titik dimana tanganku kutitipkan pada langit, aku ikat pada tiang-Nya. Mari berdoa, semoga Allah tetapkan hatiku untuk selalu ada dalam agama yang lurus. Betapa sedihnya, betapa terlukanya mengumpulkan keberanian....