Seperti apa cinta ini kepada makhluk, sebesar-besarnya cinta itu, bahkan kepada Ibu dan Bapak, tetap tidak akan menghilangkan kehilangan, tidak akan menangguhkan kepedihan karena kehilangan. Semua cinta di dunia akan pergi, tak ada yang abadi. Layaknya langit akan runtuh saat aku dengar kabar duka di hari itu, siapa peduli? Tidak ada, kehidupan tetap berjalan sehidup-hidupnya.
Tidak ada cinta yang abadi selain kasih sayang Sang Pemilik Cinta. Sedalam-dalamnya aku mencinta, hidup tidak akan memberi kesempatan untuk abadi dalam bahtera. Segala hal di dunia yang penuh duka ini tidak akan abadi dalam bahtera. Apa lagi yang aku kejar? Keabadian bukan ketepatan yang paling hak di dunia ini. Tak ada yang abadi.
Beruntungnya aku, diselamatkan cahaya. Aku sampai disini, pada titik dimana tanganku kutitipkan pada langit, aku ikat pada tiang-Nya. Mari berdoa, semoga Allah tetapkan hatiku untuk selalu ada dalam agama yang lurus. Betapa sedihnya, betapa terlukanya mengumpulkan keberanian.
Sewajarnya dan secukupnya. Terhadap apapun yang aku temui di dunia ini. Hanya sementara, aku akan pulang menuju keabadian sesungguhnya. Ya Allah Ya Rabb
Aku tidak lebih dari debu yang digoyahkan, terbawa angin kesana kemari, maka keteguhan iman membawa debu ini dalam naungan. Semoga Allah senantiasa menuntun aku dalam kebaikan. Sungguh, ketika bersujud, tidak ada cinta yang aku bawa, kecuali pasrah dan permohonan, meratap dan menyesal. Tidak perlu menghadirkan cinta dengan menjatuhkan harga diri lagi, Allah akan menghadirkannya melalui jalan yang diridhoi-Nya.
Tidak perlu membesarkan kepala, berharap dunia ada di keningku. Apa yang ingin aku kejar saat ini sudah tidak sama lagi.
Komentar