Yang nampak adalah kau menangkan kekasih hati dambaan. Kekasih yang kau percaya akan bahagia di genggamannya, membuat terang dari sisa-sisa iman yang redup. Dimataku, itu semua bohong. Aku tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan, pun engkau. Mata orang yang jatuh cinta sesungguhnya tidak mengenal cela. Namun apakah aku membenci?
Kau mendapat kasihmu, Allah anugerahkan kembali hatiku. Tidak kalah mulia dari yang kau dapat, tidak kalah berharga dari yang kau genggam. Apa yang harus kubenci bila Allah tidak tentukan, maka tidak akan ditentukan. Apa yang harus kubenci dari takdir yang harus aku imani? Sama sekali tidak! Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah menunjukan jalan, sesaat setelah aku merasa ditampar di hadapan kuburan bapak-ku.
Pulanglah bersama kekasihmu, pulanglah menuju palung, bergandengan, sesungguhnya aku tidak meminta kau menemui kegelapan. Aku akan pulang bersama hati dan jiwa yang utuh, yang mengingat Allah, dalam setiap denyut jantung. Aku tidak akan menjabat tanganmu, lagi. Bahkan aku tidak mengetahui mana yang akan lebih dulu menemuiku. Jodoh berupa laki-laki yang baik atau jodoh kematian.
يَا حَيّ يَا قَيُّوْمُ بِرَ حْمَتِكَ أ سْتَغِيْثُ، أصْلَحْ لِيْ شَاأْنِيْ گُلَّهُ وَلاَ تَگِلْنِيْ إِلىَ نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Komentar