Langsung ke konten utama

Catatan 38

Yang nampak adalah kau menangkan kekasih hati dambaan. Kekasih yang kau percaya akan bahagia di genggamannya, membuat terang dari sisa-sisa iman yang redup. Dimataku, itu semua bohong. Aku tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan, pun engkau. Mata orang yang jatuh cinta sesungguhnya tidak mengenal cela. Namun apakah aku membenci? 

Kau mendapat kasihmu, Allah anugerahkan kembali hatiku. Tidak kalah mulia dari yang kau dapat, tidak kalah berharga dari yang kau genggam. Apa yang harus kubenci bila Allah tidak tentukan, maka tidak akan ditentukan. Apa yang harus kubenci dari takdir yang harus aku imani? Sama sekali tidak! Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah menunjukan jalan, sesaat setelah aku merasa ditampar di hadapan kuburan bapak-ku. 

Pulanglah bersama kekasihmu, pulanglah menuju palung, bergandengan, sesungguhnya aku tidak meminta kau menemui kegelapan. Aku akan pulang bersama hati dan jiwa yang utuh, yang mengingat Allah, dalam setiap denyut jantung. Aku tidak akan menjabat tanganmu, lagi. Bahkan aku tidak mengetahui mana yang akan lebih dulu menemuiku. Jodoh berupa laki-laki yang baik atau jodoh kematian. 
يَا حَيّ يَا قَيُّوْمُ بِرَ حْمَتِكَ أ سْتَغِيْثُ، أصْلَحْ لِيْ شَاأْنِيْ گُلَّهُ وَلاَ تَگِلْنِيْ إِلىَ نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍