Langsung ke konten utama

Catatan 40

 Ketika ketetapan Allah sudah ditetapkan, tiadalah keraguan akan hal itu. Maka apa yang kamu takutkan?

Saat kamu bersuka cita karena mendapat laki-laki dambaan, aku ingin kamu mengetahui bahwa aku juga sangat bersuka cita karena kudapatkan hatiku kembali. Hati yang bertaut dan bergantung hanya pada Pencipta. Hati yang senantiasa meminta tolong kepada Allah agar menegakkan syariat, agar bisa khusyuk dalam shalat, agar senantiasa mencintai Al-qur'an dan sunnah. Hati yang sangat aku dambakan. 

Ketika Allah menghilangkan laki-laki itu dari hidupku, maka dengan seluruh keyakinanku  sesungguhnya Allah telah menghilangkan keburukan dari hidupku. Dengan karunia sebesar itu, adakah yang harus aku sesali?

Kita sama-sama bersuka cita. Yang lebih menyenangkan hatiku adalah aku sudah merasa tepat dalam memilih jalan, aku sangat damai. Semoga Allah senantiasa membingbing dan menuntunku. Semoga Allah tetapkan hatiku, untuk selalu ada dalam agama yang benar. 

Berbahagialah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍