Duduklah aku pada gamang di kepala. Pada catatan ke 46 ini, kutulis perjalanan panjang untuk "pulang". Kenyataan bahwa aku lupa dari mana tempatku berasal dan akan kemana aku kembali adalah sakit yang luar biasa. Jika seseorang membaca catatanku dari awal yang berisi kepahitan, sungguh sebenar-benarnya kepahitan adalah dalam catatan-catatan yang tidak pernah aku tulis. Sembilu adalah ketika kepercayaan pada Sang Pencipta memuai begitu saja, hilang entah kemana. Sakit yang paling sakit adalah berharap pada manusia. Dari awal aku telah salah memilih jalan, aku kesampingkan segala KemulianNya hanya untuk kenikmatan sesaat. Ya Allah jika ada mahkluk yang lebih hina dari perempuan ini, maka kuyakin itu tidak berakal. Karena yang berakal tidak mungkin sehina diriku. Ya Allah, aku pulang . Tidak melibatkanMu dalam setiap urusan adalah kekecewaan. Menyusuri lorong gelap, dengan telapak berdarah, aku menginjak harga diri yang sudah terseret-seret berlumur kotoran. Ya All...