Kini saatnya merangkai dan melebur, kau yang semoga menjadi bahtera.
Bias rasa berbayang ruang renjana, daku meliputimu wahai yang sama gigihnya, sama gagahnya.
"Saya lelah" dan tersenyum sayu tak berarti apa-apa, sesaat kemudian aku sadur pikir terdalam. Memekarkan, "anda begitu indah".
Tipuan atau khayalan?
Pernahkah sekali saja yang tak nyata bisa begitu terasa?
Kau, yang tak nyata, namun damba.
Komentar