Langsung ke konten utama

Catatan 53 Lagi-lagi wanita ini memilih dirinya sendiri

Lagi-lagi, dia memilih dirinya sendiri

Pada saat bersamaan, tuan bertanya, “ lalu apa yang anda mau?” Tuan bertanya inginku sebagai mahkluk atau seorang hamba? Berkali-kali kubilang aku hanya perempuan jenis yang lemah, sebagai seorang makhluk yang menuruti ego-nya, tentu saja inginku adalah anda membersamai. Namun lagi-lagi wanita ini memilih dirinya sendiri, diri yang mana adalah seorang hamba yang akan berpulang pada pencipta. Ini sangat berat, ini butuh keberanian bertubi-tubi, dan sedikit kegilaan. Maka biarlah semua rasa pergi seiring dengan anda yang menjauh dari pandangan, bawalah pergi semua. Hidayah ini didapat dengan jalan yang berdarah-darah, dengan segenap hati akan ia pertahankan walaupun sulit. Biarlah. Lagi-lagi wanita ini memilih menyelamatkan diri dan apa yang ada padanya. Anda adalah nama yang tidak berani sedikitpun ia sebut dalam doa. Jangan hiraukan, lekaslah bergegas.


Ia menyadari banyak hal yang harus direlakan ketika menjadi seorang hamba, pun menyadari keindahannya satu per satu. Kesadaran bahwa tidak ada nilai-nilai pada diri yang menggugah engkau untuk menggapai , semakin membuat diri  merasa cukup pada perjalanan ini. Selamat tinggal, sungai yang mengalir dengan tenang. Semoga anda sampai pada muara dengan penuh kebahagiaan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍