Langsung ke konten utama

Catatan 54 Memanusiakan Manusia

Memanusiakan manusia

Masih dari belantara, dimana aku mencari sepotong ikan dan buah-buahan. Beberapa orang begitu keras pada dirinya. Saking kerasnya, bongkahan hatinya terbagi-bagi, hancur. Aku tidak tahu apa yang mendasari mereka bersikap seperti itu. Apakah bertahan hidup harus sekeji itu? Tidak pernah berlemah lembut, tidak pernah meraba hati, tidak begitu empati, masing-masing menyelamatkan ikannya. Masing-masing dari mereka membawa nampan yang dengan rasa haus dan lapar. Entah, lapar atau tamak. Mengapa mereka begitu keras pada keduniaan sampai lupa bahwa ada harga untuk manusia. Apakah menjadi pemimpin setertekan itu? Hati dan kepercayaan diri untuk tumbuh sudah dipotong, dibabat habis, dengan sengaja! Mereka seperti akan hidup selamanya, seakan-akan hutan akan hijau selamanya. Apakah aku terlalu naif untuk bertahan dalam pusaran ini? 

Ada beberapa orang yang entah lupa atau memang tidak tahu bahwa manusia memiliki hak untuk dimanusiakan. Sesederhana tolong, maaf, dan terima kasih. 

Ya Allah aku hadapkan wajahku kepadaMu, bawalah aku kemanapun ketetapanMu Kau tetapkan. Lapangkan hati ini, semoga Engkau rahmati kami dengan cahayaMu yang terang benderang, hanya Engkau yang mampu menunjukan jalan kebenaran pada diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lotšŸ¤