Langsung ke konten utama

Catatan 55 YAKIN DAN TAWAKAL

  Malam ini hati terasa penuh, alhamdulillah segala puji bagi Allah. Mari kuceritakan seperti apa seorang hamba yang terlihat kesepian namun hatinya merasa cukup, hangat, dan nikmat. Keterasingan ini membawaku menuju munajat yang lebih khusyuk kepada Allah سبحانه و تعالى, kesendirian ini membawa jiwa lebih dekat dengan Dzat yang maha suci. Sering kali langkah ini terhenti dan tidak mengetahui kemana harus menepi, buntu yang kutemui, seperti tak ada kehidupan lagi setelah ini. Dalam payah diri bergumul pasrah, harus kemana aku Ya Allah? Harus bagaimana? Nampak tabir tetap tak tersingkap. Maka ketika jalan sudah tak terlihat oleh mata dina seorang hamba, biarlah Sang penunjuk jalan yang memperlihatkan dengan penglihatanNya yang tak terbatas.

  Selayaknya sifat Allah yang pertama disebut adalah wujud. Maka diri ini sepenuhnya meyakini bahwa Kau ada Ya Rabbi. Kau Allah yang mencipta langit bumi, dan seluruh isinya. Kau penciptanya dan aku hambaMu. Maka aku memohon ampun dari rasa gelisah dan rasa khawatir tentang masa depan yang belum tentu aku sampai padanya. Sering kali hati resah akan rizki dan kematian yang sesungguhnya telah selesai ditetapkan. Maka aku lah yang bergantung Ya Rabb, akulah yang mengharap, aku lah yang membutuhkanMu. Pun apabila aku tidak berdo'a, tidak akan mengubah sedikitpun status KetuhananMu. Maka akulah yang paling membutuhkan Engkau, hamba yang penuh dengan ketidakberdayaan. Hanya kepada Engkau aku hadapkan wajahku. Hanya kepadaMu aku bertawakal. 

وَقاَلُواْ حَسْبُنَا اٌللهُ وَ نِعْمَ الْو كِيلُ 

“…dan mereka menjawab, “ Cukuplah Allah (menjadi penolong) dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali ’Imrân:173)

وَ مَن يَتَوَكَّل عَلَى اللهِ فَهـُوَ حَسْبُهُ وٓ 

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. Ath-Thalâq:3)

Dari Ibnu Abbas beliau bersabda, “ حَسْبُنَا اٌللهُ وَ نِعْمَ الْو كِيلُ [Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung], inilah doa yang diucapkan Ibrahim ‘alaihissalam ketika dilempar ke dalam api. Dan juga -doa- yang diucapkan Muhammad shalallahualaihi wasalam ketika mereka -orang-orangkafir- berkata, “ Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan (pasukan)- untuk menyerang kalian, maka takutlah kepada mereka. Akan tetapi ucapan otu justru menambah keimanan mereka, dan mereka berkata, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung. (HR. Al-Bukhari) Riyadhus Shalihin no.76

  Mohonkan ketenangan jiwa untuk hati yang melayang-layang. Setelah damai kuregup, inshaallah kemudahan-kemudahan itu pasti akan datang, tabir akan perlahan tersingkap karena diri mampu berpikir jernih. Menanam dan memupuk sikap husnudzon kepada Rabb adalah awal yang mulia dari hamba yang sepenuhnya bergantung pada Rabb-nya. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, dan taufiqNya. Barakallahufiikum..

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍