“Bersyukur kita tidak pernah bertemu lagi. Karena aku akan tenggelam dalam malu jika kau ada di hadapan. Aku datang mengetuk ruang hendak menyampaikan pesan yang sudah lama disimpan. Semoga kau berkenan. Tanpa izin dan sepengetahuanmu, sedikit lancang beberapa syair aku tulis dengan kau sebagai imagery dan tokoh utama, dalam rangka mengabadikan apa yang tidak mungkin tersampaikan. Kini sampailah padamu, pemiliknya. Kalaulah ingat percakapan terakhir kita mengenai siapa yang mengagumi. Andai pengertianmu sampai pada lubuk, bahwa aku tidak sedang membicarakan orang lain, saat itu andai pengetahuanmu sampai pada jawabnya, bahwa akulah orang itu. Aku menghendaki kebaikan yang ada padamu. Mata orang yang yang jatuh hati seolah tak melihat cela, karena itulah aku perlu meluruskan pikiranku terlebih dulu. Aku harus menyadarkan diri terlebih dulu. Namun tetap di bagian akhir, yang paling utama adalah aku mengerti siapa diri ini. Apalah diri ini. Aku mengadu pundakku dengan peliknya...
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali