Selamat malam, selamat bersembunyi. Sudah sampai mana dirimu? Bertemukah dengan muara kedamaian, meregup segala wujud harap? Atau mengulur waktu untuk bertemu kesempatan lain yang kau percaya itu adalah peruntungan. Dalam takdir, kelelahan sungguh sebuah hakikat, maka janganlah kau ragu pada hasilnya. Lama sekali tak mendengar puisimu, masihkah hidup sungai yang mengalir? Kemana dirimu mengalir? Bukan apa, aku tak sudi mendengar kabarmu meluap atau kabarmu bertemu muara, karena yang terjadi sebelumnya semua orang takut padaku, atau pada kita? Siapa yang lebih mengesankan? Dibunuhlah segala kasih dan ditinggalkannya segala kisah tepat diatas mejamu. Bukan untuk tertawaan atau sebuah decak kagum, kau memahami apa yang aku perjuangkan. Kau dengan segala yang kau jaga, berteman peluh dan sakit, menerjang fana dalam keyakinan yang mulia. Mana yang lebih berkorban? Sungguh kita bertumbuh tangguh, betapa tidak mudah menjalin kisah yang syarat akan makna. Sepertinya ak...
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali