Langsung ke konten utama

Catatan 60 Hey, tunggu

Ingin pulang rasanya, ke negeri dimana semua yang ada adalah abadi. Bekalku sedikit, sedangkan perjalanan begitu panjang. Sayang sungguh sayang.


Pada perjalanan yang akan mengantarku menuju gerbang awal kehidupan yang sebenarnya, janganlah Kau buat hati ini terlena. Sungguh kesenangan disini hanya sekelébat mata. Malang sungguh malang.


Tak dinyana, aku bertemu dengan sungai yang sedang mengalir. Kukira alirannya sudah menjauhiku. Namun seperti aku pada keharusanku sekuat daya dan upaya dalam berprasangka, sepertinya, sejauh apapun air mengalir, tidak aka keliru ditakdirkan bermuara di lautan mana. Ingat, sejauh apapun, maka jarak mungkin tidak akan berarti, jika yang menuntunmu, membawa kau pada tinggi gelombang puan. Begitulah aku berbaik sangka kepada Allah, yang menciptakan langit bumi beserta seluruh yang ada padanya. 


Perjalanan panjangku untuk pulang, dihiasi setitik binar mata yang tak bisa menahan rasa. Saat itu aku bergetar tak kuasa melanjutkan langkah menuju anak tangga terakhir. Kau, akankah bertemu denganku di tempat pulang yang kita inginkan? Ataukah kau, akan bersamaku menuju tempat pulang yang kita inginkan? Akankah dirimu, menjemputku? 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍