Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Diaspora Analysis (Literary Appreciation)

 A Shelter of Memory in Viet Thanh Nguyen’s “Black-Eyed Women”    "The Refugees" is an anthology book by Viet Thanh Nguyen, a diasporan of Vietnamese origin. The Refugees comprises nine short stories each dealing with the hopes and expectations of people who migrate under life-changing situations. “The Black-Eyed Women” is the first story of the collection that is taken for analysis. The story is narrated by an unnamed woman living in the United States as a second generation diasporan. The story revolves around the author whose family is Vietnamese. In America, she conceals her identity and leads her life as a ghostwriter, she listens to other stories as part of her profession. Nonetheless, she does not do so with her mother who shares the story of the past. She hardly pays heed to her. One day the narrator’s boss Victor, who is also a forced Vietnamese immigrant in America tells the author about his story. After she listens to the pathetic story of Victor and his family’...

Catatan 66 Keluar dari Imagery

      Sekali-kali, aku ingin menulis secara literal, beberapa orang salah mengartikan bahasa dalam tulisan-tulisan. Padahal sebenarnya makna itu bisa dicari berdasar pada  perspektif, makna ada dalam interpretasi masing-masing pembaca. Aku membebaskan pembaca untuk mengartikan sendiri emosi yang ada dalam setiap kata. Yang paling penting, sebenarnya kata itu dapat mewakili emosi yang tak tersampaikan, anggap saja ini perpanjangan lidah yang tak sanggup mengutarakan.     Seringkali aku berkata mengenai hakikat, tahukah apa yang dimaksudkan? Hakikat itu bisa bermacam tuan puan. Hakikat penciptaan, hakikat cinta, hakikat seorang hamba, hakikat Sang pemilik hakikat. Pada akhirnya  anda sekalian akan diajak berpikir kembali mengenai diri anda, situasi yang anda alami, kemana anda menuju, bagaimana anda seharusnya berakhir, dan masih banyak lagi. Sadarilah bahwa pada akhirnya tiada suatu hal pun yang tidak kembali pada Tuhannya, karena Ia yang memiliki sega...

As if it your last

Two roads diverged in yellow wood Seems like it really happens that I have to pack my bag and go. Sometime it's hard to walk alone. Carrying the burdens over a shoulder, mine is almost broken. But sometime alone doesn't mean lonely. Like the birds out of the mountain mist, I want to fly away like shadow poems. Two roads diverged in a yellow wood, which one should I take?

Catatan 65 Stairway to Heaven

  "Ini helmnya, pake mantel dik.. tambah lagi buahnya, lain kali kau beli tas, belilah yang jauh lebih besar, kau bawa lah apa yang ada." Beliau sibuk kesana kemari dari jam 3 subuh untuk mempersiapkan keberangkatan anaknya menuju tanah rantau.    Tak henti-hentinya beliau mendoakan kebaikan untukku, sambil bergetar suaranya. Sehari sebelumnya, "aku ingin ke makam." Beliau hanya mengucap, "pergilah". Sudah dapat ditebak, entah rasa sakit yang masih terus menerus mendera, atau ketakutan lain yang aku tak bisa meraba, beliau belum bisa melawan ketakutan untuk pergi ke makam bapak, suami tercinta nya.  Tercinta. Ya, begitulah.    Terkadang terdengar lirih suaranya merapal doa, Ya Illahi Rabbi.. saksikanlah Ya Allah. Aku saja tak kuasa, tak kuasa.    Aku pamit mencium tangan dan kedua pipinya di teras rumah, di kegelapan, dalam kedinginan, aku memohon restu untuk pergi melanjutkan hidup. Masih dengan suara bergetar bahkan kali ini suaranya tercekat, b...