Langsung ke konten utama

Catatan 67 Itikad


   Pernah ada yang mengutarakan niatnya, beberapa, tak disangka mereka memiliki itikad terhadap puan. Namun dari semuanya, belum ada yang benar-benar meyakinkan hati. Tidak sampai sopan santunnya ke lubuk hati. Suatu ketika, katanya benar, dunia ini sudah tua, namun pertanyaannya, kenapa jika sudah tua? Apakah takut dunia akan segera menemui pusara sedang ia dalam kesendirian?  Pertanyaan selanjutnya, sudahkah mengetahui dari mana diri berasal dan akan kemana diri ini kembali?! Tahukah dimana Allah? Apa bukti yang menyertai? Sudahkah dimulai pencarian mengenai hal-hal ini? 

   Tidak bermaksud angkuh diriku pada muka bumi Allah yang megah ini, namun aku tidak ingin salah melangkah, juga tidak ingin sembarang memilih siapa yang membersamai melangkah menujuNya. Bukan karena aku bak permaisuri, namun sungguh Allah maha mengetahui dan telah sampai padaku kaidahnya. Inilah aku, yang tengah berusaha. Sungguh YaAllah, kesendirian yang mendekatkan diriku pada Engkau lebih mulia bagiku. 

   Apalah harta dan rupa jika tak berusaha menumbuhkan iman dan taqwa. Sedang ia mengolok-olok diriku di depan teman-temannya, seakan aku tidak patut pada apapun. Tidak masalah. Hanya jangan sekali-kali ia mengolok-olok tauhid, karena itu adalah harga mati. Seperti yang sudah diketahui, dunia sudah tua!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍