Sederhana sekali Barjah menyikapi pentas menyingkap hati, namun Neni begitu mendalam. Tak ada sesal diri mengenalnya yang pantas dituliskan dalam syair-syair megah.
“Sebab tidak pernah aku jatuh cinta, melainkan hanya kebaikan yang aku dapat. Walaupun tidak memilikinya. Pula tidak pernah aku jatuh cinta, sedang hanya membuatku semakain sadar kemuliaan Allah yang Maha memiliki cinta, walau pada akhirnya hanya ikhlas yang menjadi kisah.”
Begitulah ia sadur dari seseorang yang gamang akan perasaannya. Kejatuhannya kali ini adalah jatuh yang membawa diri semakin dekat dengan fitrah seorang hamba.
“Dia masih berputar di halaman padahal sudah mengalir jauh, jika kubaca kembali catatan masa lalu yang aku sendiri menganga ketika membacanya, sungguh aku tak kan percaya bahwa kau kelak menjadi bagian paling elok namun menyayat.”
Andai bisa kau tulis juga di kertas kosong, dia itu tenang sungai dan sang perempuan adalah riaknya, beraninya ia pamit dengan tidak membiarkan kau mengganggu. Terima kasih, kau sudah begitu tenang menghadapi kejamnya jembatan ini. Dunia ini jembatan, bukan?
Komentar