Langsung ke konten utama

Catatan 72 JANGAN JADI KELEDAI

 


Sejak beberapa waktu lalu, handak taulan dirundung derita. Hidupnya sedang tidak baik-baik saja, katanya. Hari ini kudengar kabarnya hendak mengakhiri hidupnya sendiri. Sungguh malang! Sungguh malang! Beruntung doa Ibu masih lebih kilat daripada hujaman iblis membisik telinga. Mari kita bicarakan ini, bahwa hendak membunuh diri sendiri adalah perilaku tolol sejagad raya. Kau saja mati hatimu sudah menyusahkan, apalagi tubuhmu. 

Mari kembali lagi pada hakikat penciptaan. Temanku sayang, kita ini hamba yang diciptakan oleh Tuhan yang mahahidup dan maha mengurus makhluk. Sungguh tidak mungkin Pencipta dengan sifat-sifatnya yang mulia dan sempurna menelantarkan ciptaanNya barang sekejap. Tidak mungkin! Kita ini ciptaan yang akan pulang, maka kita akan selesai,semua akan selesai. Artinya, ini hanya sementara. Kesementaraan yang penuh luka ingin kau akhiri dengan luka? Sungguh tidak masuk akal! Seperti apa pedih dan sakit yang menghujam, tanamkan pada hatimu bahwa ini akan selesai. Alangkah bodoh dan kerdilnya kamu sekalian jika akhir dari kesakitan ini adalah rasa sakit pula, dimana dasar berpikir yang mulia itu? Sedangkan Allah menjanjikan kehidupan yang penuh kesenangan dan abadi, camkan bahwa janji Allah adalah benar!

YaAllah YaRabb... dia katakan aku tidak paham rasa sakitnya. Bagaimana harus aku menjelaskan bahwa aku pernah melihat Ibu memegang pisau di tengah malam hendak mengakhiri hidupnya di loteng rumah, bagaimana aku menjelaskan bahwa aku pernah mendengar seorang pelacur meludahi Ibu yang sekarat jiwanya. Sakit sampai ke ubun-ubun. Dalam ukuran makhluk, siapapun berlomba seakan paling menderita, tapi percayalah kita semua menderita. Itulah sebabnya, coba tarik lagi benang yang terlanjur kusut, ketahuilah darimana kau berasal dan akan kemana kau berpulang. Darimana jerumit itu berasal dan bagaimana pula meluruskannya. Jalan tercepat adalah potong! Gunting! Selamatkan diri dari hal-hal yang membawa diri pada kesesatan, kehancuran, kehinaan. Sudah diri tercipta dari air hina, muliakanlah dengan mengabdi pada Yang Menciptakan dengan benar! 

Aku harus tegas pada hal seperti ini karena ini merugikan. Tidak akan sampai dirimu pada cahaya dan keselamatan karena ini bukan jalan pintas yang semestinya, belajarlah, tolonglah.

Apapun yang hendak kau bantah, aku hanya ingin kau ingat selalu pesan dari aku yang mengarungi lautan seorang diri. Allah, Tuhan Yang maha pengampun, Ia mencintaimu dengan cinta yang luas dan tanpa batas, ia lebih dekat dari urat nadi di lehermu dan lebih besar cintanya dari cinta dirimu kepada diri sendiri. Allah sangat dekat dan Ia adalah dzat Yang tidak pernah mengingkari janji. Jika sudah tak ada haluan dipandang, tak ada rumah dituju, tak ada jalan terbuka, tak ada cahaya menuntunkan, boleh jadi disitulah Allah hendak memberi kamu pengajaran untuk hanya bergantung dan mengharap padaNya. Dia mencintaimu, dia mencinta hambaNya, dia mencintaimu, pulanglah, carilah jalan, tundukan segala kesombongan itu, menunduklah!

Semoga Allah menjaga kamu sekalian dalam keselamatan dan keberkahan. Jadilah berani dalam kehidupan yang memungkinkan seseorang mati tujuh kali sehari, jangan pernah berhenti, jangan pernah menjadi keledai yang bodoh dan dibodoh-bodohi. Jangan pernah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍