Berlari melawan waktu,
aku yang hanya bersama diriku berusaha berlomba dengan waktu dan usia. Sudah empat hari aku hanya bisa terbaring lemas tak sanggup sekedar mengambil air untuk hilangkan haus dahaga. Kepala ditimpa, tangan dan kaki seperti ditusuk-tusuk, demam yang tak kunjung turun. aku dikejar kewajiban harus menyelesaikan final test untuk semester ini, itupun mangkrak, tubuhku tidak menerima, dia ingin diam, terlentang, layaknya tak punya beban. Menjelang hari terakhir test, aku memohon dalam hati karena sekedar berbisik saja nafasku sesak tak karuan. Memohonlah diriku pada Dzat yang senantiasa memberi dan mengurus. Aku bilang, "Ya Rabbi, jika engkau berkenan kepadaku untuk menyelesaikan apa yang sedang aku kerjakan, mohon beri aku kekuatan untuk pergi kesana dan mengerjakannya sampai tuntas, namun bila sakit yang aku derita kau pandang baik bagiku, maka aku mohon jadikanlah wasilah untukku mendapat pengampunanMu, semoga ini menjadi penebus dosaku." Aku tutup mataku dan yakin.
Malam berlalu, sepertiga malam aku bangun dengan keadaan yang masih melayang-layang, lebih baik dari hari kemarin, aku bersiap dan langsung berangkat sehabis subuh menuju tempat tujuan. Perjalanan selama 2,5 jam menggunakan kereta terasa sangat mudah. Setiap memasuki kereta, selalu tersedia kursi kosong, padahal kulihat kereta begitu sesak. Begitupun saat pulang, tak ada hal yang menyusahkan. Sungguh, aku merasa pertolongan Allah itu begitu dekat.
Sampai di rumah, badanku seperti mengerti bahwa inilah saatnya untuk berdiam lagi, ambruk! benar-benar tanpa aba-aba. Apakah do'aku kurang teliti YaAllah? aku seperti orang tak punya asa tak punya jiwa, aku tidak tahu siang dan malam. Namun aku yakin bahwa jika Allah berkehendak akan sesuatu, maka tidak ada yang mampu menghalangi. YaRabb...
Bahkan tulisan ini dibuat dengan tangan gemetar, punggung seperti tak bertulang. Maklumlah diri ini hanya sendiri di perantauan, tak ada tempatku mengadu selain Tuhan dan tulisan. Ternyata, alangkah mengerikan berlari melawan waktu, sudah, sudah, jalan saja lagi. Jalan saja, sedikit demi sedikit. Tenang, tetap penuhi meja dengan obat yang tak kurasa pengaruhnya. Penyakit apakah ini YaAllah.. apakah rindu dan cinta? HALAH!
Komentar