Menatap nanar pada relung tak berujung, seringkali manusia lupa pada hasanah dan hikmah takdir. Penghidupan yang layak diartikan berdimensi-dimensi, mampu menjadikan ia lupa pada hakikat sesungguhnya bahagia. Ampuni aku wahai Rabb, aku merasa aku istimewa padahal semua yang mengaku beriman adalah sama menerima ujian. Tidak ada pantas bagiku mengeluh dalam buaian nikmat.
Sesulit apapun keadaan untuk dirangkai dalam aksara, tidak pernah mengaburkan makna yang ingin disampaikan Sang Pencipta. Pelik adalah satu hal yang dilupakan pada perjalanan dan seringkali dikutuk, padahal inilah pengharapan. Sebuah pengharapan segera terputusnya tali yang meregang.
Tidak mengerti mengapa tubuh ini sangat lemah. Ah, sungguh benar, apalah daya makhluk yang satu ini. Sementara itu harus selalu kau ingat, sesakit-sakitnya tubuh, nikmat dari Rabb Maha Penyayang tidak pernah pudar. Ampuni aku Ya Rabb, ampuni aku..
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Komentar