29 Ramadan 1445
Detik-detik menuju berakhirnya bulan yang mulia, the beloved ramadan. Kerikil di hati mengganjal lepasnya resah dan gelisah, menuju hari yang mereka sebut sebagai hari kemenangan. Di hari-hari yang penuh keberkahan ini, kegirangan diri ini melihat manusia berlomba-lomba melakukan fitrahnya. Seyogyanya itu adalah normal sebagai laku dari seorang hamba.
Ada pula yang menyayat hati, ketika insan merdeka tidak menyadari hati dan jiwanya tetap terbelenggu. Sakit sekali melihat nilai-nilai dan kesempatan emas yang disia-siakan seolah ia tidak butuh Allah. Semoga Allah mengampuni diri yang begitu lemah, tak mampu menahan segala angkara dengan lisan dan perbuatan. Larut dalam sikap duniawi, meminggirkan amal-amal yang seharusnya diburu. Lemah, sungguh lemah. Apakah aku menang?
Berada pada keadaan tersebut bagaikan berlayar tanpa tujuan atau berlayar dengan peta palsu. Semoga Allah mengampuni diri, mensucikan diri dari segala dosa. Cahaya illahi tetaplah menjadi pengharapan terdalam, daku yang hanya setitik debu di muka bumi yang terhampar tetaplah mengharap limpahan rahmat. Sungguh Allah tidak memiliki batas dalam pemberian dan kasih sayang.
Selepas ini, semoga kita sekalian tetap pada fitrah, menyadari jalur dan tujuannya. Bila jiwa tengah ada dalam malam gelap yang tak tahu kapan akan terbit matahari, semoga ramadan menuntunnya menemukan cahaya untuk kembali. Terbitlah matahari itu, pada jiwa yang bersedia diterangi.
Aku, penulis amatir ini, hanya bisa berdoa dan menyematkan pesan lewat tulisan. Tulisan ini tidak dapat menggugah namun Allah yang menyinari hati, mengirimkan hidayah kepada hati. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah, seburuk apapun engkau. Allah Maha menerima taubat artinya Allah mengampuni siapapun yang kembali menujuNya, memohon ampunanNya. Siapapun. Beranikan dirimu untuk kembali membaca hakikat. Jadilah yang paling berani menuntun diri menuju Allah. Jadilah yang paling tegas kepada diri bahwa mulai saat ini, kau adalah hamba. Takutlah hanya kepada Allah.
Semoga ramadan membawa masing-masing kita menuju pertemuan sakral antara hati, jiwa, dan pikiran agar sama-sama menggerakan raga untuk hanya menyembah Allah, be a true servant of Allah.
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَ تَقَبَّلْ ياَ كَرِيْمُ
Barakallahufiik
Komentar