Apalah daya diriku ini Ya Illahi
Selimut keangkuhan mulai terkikis diselingi ragu. Apakah aku memang sudah benar? Atau merasa benar? Apakah mereka yang mengalami fase yang sama berkata demikian? Menyikapi diri yang sudah lama menyembuhkan diri, terkadang keraguan tetap muncul pada satu titik. Apakah aku benar-benar sudah berubah?
Ternyata, semua itu diusahakan. Lagi dan lagi, harus setiap saat kuingatkan diriku dalam cermin, aku tidak istimewa. Siapakah aku berhak menuntut untuk tidak bersakit-sakit? Sementara jelas mereka yang mengaku beriman pastilah merasakan ujian. Ampun seribu ampun, lagi-lagi aku menumbuhkan duri.
Meski demikian, seperti apapun rusaknya puan di masa lalu, selama nafas masih berhembus teruslah berharap, teruslah mendekat walau tertatih. Teruslah bercermin pada apa yang terjadi, tanamkan pada taman jiwa bahwa selalu ada kebaikan dan hikmah di setiap ketetapan. Semoga Allah Ar-Rahman melapangkan, melembutkan, dan memampukan hati untuk senantiasa berprasangka baik kepadaNya, mampu melihat dan menerima kebaikan serta hikmah nan agung.
Walaupun senyum telah lama kembali pulang, kali ini makna berubah menjadi lebih berbunga. Walaupun tangis senantiasa mengiringi, kali ini khidmat dan takzim yang ada padanya. Semua makna sudah berubah menjadi pensucian jiwa menuju perjalanan meraih taman-taman syurga. Tiada lebih daripada seorang perempuan yang memutuskan tali keangkuhan; perempuan yang menenggelamkan diri dalam usaha meraih syurgawi, sungguh tidak takut akan apa kecuali Tuhannya.
Ah, Illahi… jika ditulis dalam kata seperti ini, sungguh sangat indah apa yang Kau tetapkan. Biarlah aku seperti riak yang hanya terlihat sesekali di tengah danau yang tenang. Bila benar terdapat danau di jiwaku, biarlah hanya berdua bersamaMu, melalui munajat, bunga-bunga disekitarnya merekah. Betapa mulia urusan seorang Muslim. Namun tanya dan pengungkapan tetaplah ada pada; apalah daya perempuan ini, masih terus merangkai rumitnya benang pikir. Walaupun begitu, betapa sukar membendung rindu Ya Illahi… Betapa rindunya aku untuk pulang…
Komentar