Langsung ke konten utama

Akankah aku mampu

Mengapa belum sampai ujung nafas yang membawa kesegaran bunga-bunga surga?

Mungkinkah memang nona belum patut dan pantas

Belum cukup, nikmati dahulu semilir harumnya taubat

Namun kematian telah menjelma menjadi sesuatu yang tidak menakutkan,

walau sebenarnya nona dipenuhi keraguan.

Allah Tuhanku cinta.. tak mengapa bila kematian lebih baik bagiku.

Izinkan aku menjadi hamba yang Kau rindu sebelum datang waktuku. 

Aku disini YaTuhanku...

Sampai akhirnya Kau panggil aku sebagai "jiwa-jiwa yang tenang", harapku yang paling tinggi

Aku tak akan mampu berdiri lagi di muka bumi jika tanpa Engkau,

antara merajut peradaban dan merajut kematian sungguh tak ada beda

Indahnya semua sama, mendapat ganjaran surga

Terima kasih karena tidak memberikan penghakiman kepada manusia.

Terima kasih karena tidak Kau biarkan manusia terlalu menghukumi dirinya sendiri.

Bolehkah nona jalang itu menjadi sekuntum bunga surga?

Sampaikan pula salamku Ya Illahi kepada utusanMu yang mulia, biarkan dan antarkan aku bertemu beliau di telaga.  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lotšŸ¤