Langsung ke konten utama
Tidak ada tanda-tanda bunga akan mekar di sisi bejana, tak ada yang mampu mengubah takdir. 
Jika air telah menggenang, maka buatlah jalan untuknya mengalir. 
Tidak perlu malu untuk tersedu, hanya ada kita disini. 
Semua tak akan mampu mengubah cinta. 
Cinta yang disandarkan dengan benar tidak akan menemui kecewa walaupun lebur tak bersisa. 
Dia kembali utuh dalam bentuk yang lain, dengan cara yang lebih indah. 
Pertama-tama, bebaskanlah jiwa dari belenggu asa, 
sungguh itu adalah tipuan yang menyengsarakan diri. 
Kemudian berjalanlah, bahkan berlari jika kau mampu, berlarilah untuk mengejar cahaya. 
Aku mengerti bahwa pada kesempatan ini, 
jiwa diliputi oleh banyak kegelapan yang membawa sendu matamu. 
Kita sama-sama melepaskan diri dari kegelapan.
Sakitnya, kegelapanmu adalah aku. 
Mulai dari merasa diri tidak istimewa, akhirnya diri mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan.
Semoga tidak pernah lagi dalam taman jiwamu, dari lisanmu, kau tumbuhkan bunga yang kau sebut-sebut.
Sungguh semuanya hanya kepalsuan. 
Engkau mengetahui, pun diriku.
Jika tidak kau dipertemukan dengan manusia sepertiku, maka takdir beradu,  menyelamatkanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22 Mar 2025

Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Bap, I lost again. Aku tidak bisa menemukan yang seperti kamu di dunia yang berhampar-hampar ini. Yang ada mereka lebih dari kamu, Bap— dan aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyamakan pucuk pada pohon yang kami tanam. Aku takut, jika terus saja begini, rantingnya akan patah dan aku jatuh, lagi dan lagi. Ahh Bap… how’s heaven? Boleh aku ikut saja kesana di pangkuan Bap? Kami tidak membawa bunga Bap kemarin, kami membawa hati yang penuh seperti yang sudah-sudah. Aku merasa Bap sudah menunggu ya dari sana? Selamanya Bap akan hidup dalam hati kami, dalam do’a kami, dalam tulisan ini.  Salam cinta untuk Bap, we miss you a lot🤍