Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

BUDAK DEMOKRASI

Apa yang ada di pikiran saya setiap digelarnya kontestasi politik adalah rakyat masih sangat bodoh. Apabila saya terlalu keras dalam berbahasa jangan salah mengira bahwa pikiran dan hati rakyat lebih keras dari kebodohan yang saya ucap. Rakyat disuguhkan dengan kenyataan bahwa rakyat adalah pemegang tertinggi kekuasaan, yang pada kenyataannya rakyat hanya diperalat, diiming-imingi, diperbudak, dibodoh-bodohi, oleh pejabat yang dipilihnya sendiri. Ini membuktikan bahwa rakyat Indonesia sangat tidak siap dengan demokrasi. Demokrasi ditangan rakyat yang masih mudah disetir, mudah dobodohi, mudah diprovokasi, hanya akan melahirkan pejabat pemerintah yang saya rasa tidak jauh dari sistem feodal; hanya mementingkan dirinya dan kroninya. Fenomena serangan fajar menunjukan bahwa pemerintah dan pemegang kuasa tak ubahnya seperti Marie Antoinette yang melempar kue pada budak-budak miskin. Suara untuk 5 tahun dibeli dengan seliter minyak goreng dan beberapa genggam beras. Ada lagi yang sangat men...

Logika Mistika

Logika mistika. Saya temukan istilah ini dalam buku Madilog karya Tan Malaka. Butuh berkali-kali mengulang agar bisa memahami apa yang ingin disampaikan Tan Malaka mengenai logika mistik dalam buku tersebut. Saya kagum bahwa di jaman itu, sudah ada anak bangsa yang memiliki pola pikir seperti Tan Malaka. Terlepas ideologi politik Tan Malka dikala itu yang seperti cenderung kiri, serta segala intimidasi dari rezim kala itu, Tan Malaka dengan segala ide-idenya tetap membuat saya kagum. Kemudian saya sampai pada kesadaran bahwa logika mistika yang dikemukakan Tan Malaka puluhan tahun lalu masih sangat eksis hingga kini di tengah masyarakat Indonesia. Masyarakat masih terkungkung oleh ide-ide tidak berdasar yang membatasi karunia  kehidupan pemberian Illahi. Ide-ide mereka mengenai segala hal mistik membawa masyarakat pada pola pikir baru: pola pikir yang berorientasi pada mistik, semu, tidak nyata. Saya mengambil contoh dari background keluarga saya sendiri. Budaya yang kaya dalam set...
Saat pintu-pintu dibuka, bukan mutlak bahwa harum bunga yang manis nan segar yang datang di pelataran. Kita datang,  namun kita berdoa, namun kita menatap langit, namun kita menerbangkan asa.