Saya berpikir ulang. Sebelum muncul teori-teori dialektika dan logika, ada seorang dari gurun pasir tidak mengenyam bangku pendidikan formal, berasal dari suku yang sangat mengutamakan logika mistika bahkan animisme dan dinamisme, namun sudah sangat progresif di kala itu, lebih dari pada Tan Malaka di jamnnya. Ia melawan idealisme turun temurun yang melekat pada budaya dan kebiasaan masyarakat saat itu, penampilan dan sifatnya serba di tengah, satu-satunya pandangan ekstrim beliau hanya mengenai keesaan Tuhan, ialah Rasulullah SAW. Lebih ke akarnya lagi, Islam dengan ajaran tauhidnya sesungguhnya adalah debunk yang sempurna untuk melawan logika mistika yang menghancurkan kehidupan masyarakat. Saya berdecak kagum.
Saya bergumam, jika ajaran Islam bukan berasal dari 'sesuatu' yang menguasasi jaman, maka tidak mungkin ajaran begitu progresif dan relate di setiap generasi. Jika kitab suci Al Qur'an diturunkan bukan oleh 'dzat' yang menguasai detail permasalahan pada struktur sosial masyarakat, maka tidak akan ada bangsa baru yang berbudi pekerti luhur yang muncul dari tengah gersangnya gurun pasir. Maka saya menyimpulkan bahwa dzat yang disebut Tan Malaka Maha Dewa Rah bukanlah dewa yang menciptakan keberadaan melainkan Allah SWT yang sudah ada sebelum keberadaan itu sendiri. Memang kalimat saya itu perlu penjabarannya sendiri, namun saya hanya ingin menekankan bahwa ajaran Islam sejatinya lebih progresif daripada materialisme, feminisme, dan isme-isme lainnya. Kekurangan saya pada ilmu dan kemampuan menjabarkan suatu teori yang menjadi halangan saya untuk menjembatani pembaca kepada pemahaman ini.
Indonesia dengan mayoritas umat beragama islam seharusnya bisa sangat progresif terhadap jaman, kemajuan demi kemajuan bisa diraih dengan meningkatnya pemahaman logika akan sesuatu yang pasti. Apalah daya, selain terkungkung oleh logika semu nan menyesatkan, masyarakat terkungkung sistem pemerintahan yang tidak mengijinkan masyarakatnya pintar, paham, dan berkembang. Ditambah para pemegang kuasa yang takabur, korup, budak parpol dam ologarc, membunuh hajat hidup orang banyak. Kasihan betul bangsa ini.
Dari semua itu, saya setuju dengan ide mengenai langkah awal mencerdaskan bangsa bisa dimulai dari menghilangkan logika mistika dalam kehidupan sehari-hari. Percaya pada apa yang tidak berdasar hanya menuntun diri pada kesesatan.
Komentar