Bahkan di dunia berhampar penuh makna, ia masih belum mampu mencari makna dari pentingnya mengisi bejana yang kosong pada hati. Agar tidak mengemis kasih itu. Bodohnya, ia percaya pada hal yang merobek nilai sampai merelakan dirinya jatuh dan melebur. Diinjak-injaklah segala perawannya. Sangat menyakitkan, sangat menyedihkan. Bahkan kata imbang tidak pernah imbang. Tidak akan lagi ia membuka sedikit saja ruang di hatinya, sudah cukup berantakan. Mulai dari mana lagi ia? Mulai dari mana lagi aku?
Sastra adalah jalan menuju kedalaman pikir yang sangat humanis. Sastra adalah jalan menuju imaji yang berkelana, menyusuri ruang-ruang pikir yang liar, mengikis ceruk-ceruk kepala yang keras akan ego dan pikiran yang tertinggal. Sastra adalah rupa kehidupan yang tidak terbayang di sebegaian benak, membuka mata dan hati untuk maklum dan empati. Jika ada pihak yang membenci karya tulis terlepas yang ada didalamnya, maka sisi humanitasnya dipertanyakan. Siapa yang takut pada buku yang tidak bernyawa? Mengapa? Karena sejatinya sebuah karya dibuat oleh hati yang terbuka dan kepala yang berpikir. Maka bukan ia takut pada buku, melainkan takut pada buah pikir. Buah pikir yang mampu melahirkan kesadaran, kecerdasan, pemahaman, kebijaksanaan. Buah pikir yang mampu melahirkan perlawanan terhadap angkara murka yang sengaja memelihara kebodohan dan IMPUNITAS . Pahitnya, borok-borok itu justru terdapat pada pemimpin negara republik yang dibangun oleh keringat, darah, dan air mata---bahkan nyawa. Di...
Komentar