Aku berdiri kembali pada ambang kesadaran mengenai nilai dan keyakinan yang dicari setiap insan ditengah gemerlap semesta. Meskipun kesadaran-kesadaran akan keTuhanan telah didapat, meskipun nilai-nilai sastra dan budaya yang sangat humanis telah diregup, meskipun buku-buku telah selesai dibaca, puisi-puisi kembali terbuka, dan roda kehidupan berganti, manusia tetaplah manusia --tidak luput dari duri dan lumpur yang hina. Terkadang membutakan mata, menghilangkan ketenangan diri, melenyapkan sebagian damai, bahkan aku tidak mengenali diriku. Dewasa ini, seperti begitu dicintai aku oleh semesta. Bukan karena keberuntungan yang bertubi-tubi, justru kegagalan yang bertubi. Setiap kulihat langit malam penuh bintang nan terang bulan diatas sana, saat itu juga aku merasa langit mengolokku atau aku yang begitu kecil dan hitam untuk suatu keindahan yang sebenarnnya tidak tergantung pada rasa seorang insan. Justru keindahan itu disajikan mungkin untuk menghibur mahluk payah in...
Memoar puan menawan sejagad pikiran sudah terbit kembali