Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Catatan6

  Ternyata dia keliru tentang nikmatnya masa muda. Sekali mengotorinya, selamanya akan kotor. Karena kita hidup dalam masyarakat yang suka melihat pencitraan. Jika tidak ingin menanggung luka untuk apa kau jatuh cinta. Naif itu sering dikatakan bodoh. Padahal itu hanya jurus si polos tak berdosa. Bukannya tidak mengerti apa-apa, hanya saja melindungi kesuciannya. Muncul berbagai genre pergaulan di masa ini dan kau masih sulit menentukan sikap. Nikmatilah, nikmati masa konyol itu sebelum nanti tertampar karena sadar betapa tololnya cara hidup ini.

Kau!

  Aku sudah disini dari kemarin. Melihat apa yang kau dapat. Kuhadiahkan kau ruang, bahagiakah? Tersiksa itu bonus. Kau bertanya bagaimana aku hidup dan bernafas tanpamu, bodoh! Bukan maksudku untuk menghantui tapi dosamu yang menghantui hatimu. Kau baru dalam hal ini sehingga kau tidak mengerti apapun. Apa yang kau kejar? Apa yang kau perjuangkan? Semoga kau tidak hancur karena itu. Bagus sekali pengorbananmu. Semangatmu membara, ambisius, dan kau tendang semua cinta. Aku tidak percaya padamu, sama sekali. Kau jual namaku dalam tujuanmu. Kau membunuh cahaya. Kau kenal aku sebagai orang yang paling jahat dan aku mengenalmu sebagai orang paling bodoh. Pergi berjalan sejauh mungkin dan tunjukan apa yang kau dapat. Setelah sampai disana, jangan kau salah mengenai ketulusan. Karena sebelumnya kulihat kau buta untuk hal itu. Kau membedakan dirimu dari mereka padahal tetap sama. Sudah kau rasakan ruangnya? Begitu luas sampai kau lupa untuk pulang. Selamat menikmati waktumu yang menyenang...

Bangun,adik sayang

  Terombang-ambing sepanjang malam gelap menakutkan. Berharap perahu segera sampai perbatasan. Berharap jiwa yang tersisa segera terselamatkan. Sunyi, sepi, mencekam. Malam yang hitam pekat. Bertahan bersama jiwa yang tergoncang. Hati itu sudah tak bisa digambarkan lagi seberapa hancur keadaannya. Semoga arus tidak picik dan menggulingkan perahu ini. Membawa apa yang bisa dibawa, bersama tenaga dan pilu yang tersisa. Teringat sanak saudara yang entah masih bernyawa atau tidak. Ketidakadilan ini benar-benar nyata. Kekejaman ini sungguh terasa. Peluk erat, bayi itu menangis ditengah hujan. Dia tau bahaya tengah mengintai dirinya. Kedinginan dan kelaparan. Dia berhasil lolos dari tembakan siang tadi. Sudahkah kau sebrangi anak sungai dengan selamat? Masihkah kau lihat mayat anak-anak mengambang disana? Hatimu itu, akankah butuh waktu lama untuk sembuh? Geram juga pilu saat sebuah visual menunjukan adik kecil tunduk bersujud pada orang berjubah, tak berambut dan memegang tongkat. Inika...