Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Catatan8

  Jadi kau ingin bahagia? Silahkan ubah pandangan terhadap beragam hal yang ada disekitar. Berhenti berpikir detail tentang kesedihan dan kegagalan, berhenti berpikir tentang seberapa kesepian diri ini, berhenti membiarkan mindset liar berlari terus menerus sepanjang hari dalam otak. Aku duduk terdiam di pagi hari menghadap jendela basah karena hujan yang tak henti, kubayangkan saat itu dia yang sedang terburu-buru menjemput ilmu, kubayangkan betapa tergesa-gesa karena hari memang sudah siang, kubayangkan dia berada diantara teman-teman 'jenius', interaksi seru dalam aktivitas yang tidak monoton. Untuk sejenak kubandingkan dengan diriku, sungguh bak langit dan bumi. Kulihat abu-abu diatasku, terus menangis seperti mengerti perasaanku. Kutatap baik-baik apa yang bisa aku tatap. Lalu kubayangkan diriku saat itu. Pagi ini aku bangun, memakai baju, aku bernafas, aku punya sarapanku, aku menikmati suguhan pagi hari Sang Pencipta,aku duduk dalam naungan yang melindungiku, betapa dibe...

Catatan7

  Keadilan itu nyata dan akan datang bersama kebahagiaan, yang aku percayai harus terus aku percayai, menggenggam keyakinan untuk selalu menerima dan bersabar sedangkan diri ini tergenggam tekanan hidup yang sangat kuat mencengkram. Harapanku, doaku, kemana perginya semua itu? Kikuk disudut kamar, hanya hawa dingin yang setia. Air mata tak terbendung. Aku merintih, mengemis pada diri kotor ini untuk tetap kuat, hapus air mata itu, dan berhentilah menangis. Itu adalah bagian tersulit. Karena mengemis pada diri sendiri lebih sulit dibanding kepada Sang Maha Kuasa. Akankah selalu seperti ini? Tidak adakah cahaya yang akan menghampiri, menuntun menuju sesuatu yang lebih lapang?

Bisikan si pilu untukku

  Semakin bertambah dewasa, kesepian semakin terasa. Semakin mengerti maka semakin sakit. Apa yang dahulu dipertanyakan, sekarang aku paham, apa yang terlihat sangat bijak tetaplah menyimpan ketidaksempurnaan. Nampak sekali bahwa semua tidak mengerti arti hubungan, kejujuran, dan saling mendukung. Obsesi dan kepentingan diri sendiri begitu dalam tertanam dalam hati. Kuberikan cinta yang besar bersama keringat, darah, dan air mata namun seakan itu tak terasa. Mengapa kesalahpahaman ini terjadi? Lelah dan penyesalan sudah tidak mengubah apapun, karena seakan cara hidup seperti patung sudah menjadi syarat mutlak dan takdir yang harus dijalani. Keliru memahami maka keliru pulalah hidup ini. Kuanggap angin lalu dan tak pernah ada kesalahan berduri tajam yang nampak di depan mata, namun satu kali kesalahanku dianggapnya bencana besar yang tak termaafkan. Keadilan itu aku pelajari darimu wahai orang tua. Kalau aku bicara, kau akan berdarah. Maka menahan diri adalah hal kecil untukmu. Kuta...