Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Catatan15

  Orang tua, tolonglah.. Tolong anak malang ini, tidakkah iba melihat hati yang tinggal satu jengkal? Menangis aku di sudut, bagaimana bisa iba, kau yang memotongnya, satu hasta, satu depa. Ingin mengucap yang ada tapi apa daya. Tak pantas ingusan bijak terhadap setengah baya. Namun seandainya kau lihat sedikit saja, tengok hati yang sebentar lagi berkarat. Bagaimana jika mati? Kembali ku menangis disudut, jika hatiku mati siapa peduli, tetap ia memaki. Sedikitpun tidak ia melihat sesuatu yang salah itu juga ada padanya. Tolonglah, tega engkau melihat aku mengemis pada diri sendiri? Haruskah juga padamu?

Catatan14

Tak apa Wahai Allah Yang Maha Hidup, aku terima kehidupan yang indah ini, semoga air mataku membayar dosaku, semoga Kau ampuni dosa diri yang hina ini. Semoga Kau ijinkan aku masuk dalam tempat terbaik-Mu. Air mata ini kesakitanku sebagai penebus dosaku. Semoga. Tak apa Wahai Yang Maha Hidup, kuterima hidupku sebagai anugrah-Mu, aku memegang tali-Mu Ya Allah, berikan kehidupan yang baik untuk adikku tersayang, kakakku tersayang. Kau memiliki segala keindahan dan kebaikan, Engkau tidak akan pernah mencurangiku, tidak akan pernah! Semoga Kau limpahkan kebaikan untukku melalui air mata ini.   Bersama getir hati ini, hanya ini.  Hanya ini dayaku untuk saat ini.

Catatan13

  Bisa kau beri aku kekuatan? Kekuatan untuk senantiasa lapang dada menerima ketentuan yang telah selesai Tuhan tuliskan untukku. Mengapa terasa begitu pilu? Dia tunjukan celanya dihadapku dan aku pantang untuk menghinanya. Lelahku padanya sungguh tak bisa kugambarkan lagi namun aku harus tetap hormat, menjunjung tinggi dirinya, meletakkan segala kepentingannya diatas kepala. Melawannya aku berdosa. Melakukan segalanya atas nama cinta. Apa daya diri yang bodoh ini. Ujian cinta, bukan tentang jarak yang memisahkan dua hati tapi bertahan tetap mencintai setulus hati dia yang menyakiti, pun dengan segenap hatinya. Yang tercinta seakan tidak mencinta. Semakin terasa menguras hati ketika pemain drama ini adalah dia, belahan jiwamu. Tidakkah Tuhan mengirimku pada orang yang lebih baik daripadanya? Tidak! Inilah ketentuannya! Beri aku kekuatan untuk tidak membenci.

Catatan12

  Dan setelah melihat pernikahan yang begitu sederhana, mengapa rasanya sangat pilu? Orang-orang duduk tanpa kursi, semua serba ala kadarnya. Teman, apa yang kamu lakukan? Aku sampai harus menarik nafas panjang untuk apa yang sudah terjadi. Melihatmu dengan tawamu aku rasanya semakin tidak kuat menahan tangis. Kalau ada keadilan dan pengampunan di dunia ini, semoga Tuhan melimpahkannya padamu.   Setelah tujuh bulan berlalu aku sangat merindukanmu. I miss u very much bad girl. You are cruel. You are stupid. You are my friend.

Catatan11

  My mom went for a few weeks, left me and my little brother at home, after 3 days my father came home and asked me everything, he asked me to get a rest and stop doing homework, he washed clothes, washed dishes ,bought some food and cooked for us. My bigbro did the same thing, something mother did not even do I thought that if they were cold all this time it was because they thought I was with the right person and in the safest place(mother and home), something very touching, it wasn't about the statement but the action. They care and have their own way to show it.

Catatan10

  Dipeganglah tangannya saat ia ingin terjun ke jurang, kubujuk sampai lengan ini pun berdarah, mengira bahwa omongku masuk ke hatinya ternyata dia mengolok-olok si rendahan ini. Susah payah diri ini meyakinkan kegelapan pergi dari hati. Aku muak dengan 666. Dia mencintainya, aku kira memujanya. Sungguh dia jadikan itu sesuatu yang menarik, selalu dibicarakan, selalu dijadikan jalan terakhir untuk pulang. Mengeluh tentang masa lalu dan dia senang berada di tepi jurang. Bermain-main disana untuk menarik perhatian. Dia pikir dia siapa? Tidakkah ia tahu apa yang aku pikirkan tentangnya? Picik! Sungguh dia seperti itu. Saat aku yang berada di tepi jurang, dia berkata aku selalu memegang tanganmu, kemudian berlalu. Meninggalkan rapuh dalam diriku. Pergi untuk mengejar sesuatu, sesuatu yang dia bilang untukku. Kalau aku benar-benar tenggelam, apa yang dia kejar itu masih berlaku? Kupikir orang akan melakukan yang sama, namun tidak demikian. Betapa dia tak kan mengetahui sulit dan sakitny...

Catatan9

  Aku yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang sangat kelam, hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidupku. Itu, karena aku hanya menatap dinding kamar dan pintu rumah. Padahal, seharusnya aku menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar rumahku.